Tutup Lensa

hari ini hari yang panjang. ya kali ini aku mengangguk setuju, menyepakati pemikiran yang dilontarkan adik lakiku. saat kamu akan berpergian, mindset kamu berubah. kamu pikir semuanya akan lelah. semuanya akan membutuhkan waktu yang lama dan kamu akan terus mendengar suara detak jantungmu yang kencang. dag dig dug. karena sebentar lagi kamu akan pergi. menempuh perjalanan yang cukup jauh.

ya walaupun tidak semua orang mengalami hal ini. aku hanya berbagi cerita. dan ini, aku sang pencerita.

hei! malam ini aku akan berangkat meninggalkan kotaku. kebumen. dan saatnya aku harus pergi ke tempat dimana kampusku berada.

beberapa jam sebelum keberangkatan, aku mengambil cetakan poster yang telah kupesan. ukuran A3 berjumlah 800 lembar dengan 20 lembar sebagai bonus. aku memilih untuk mencetak disini karena lebih murah dan aku mungkin terlihat kuat karena akan membawa kertas sebanyak ini. ah tidak! setelah kuangkat ternyata dengan durasi 1 menit saja aku justru menjatuhkannya. tak lagi mampu mengangkat. sudah, aku tak ingin membayangkan bagaimana nanti aku bisa membawa-ke kereta atau dalam hal berpindah pindah angkot.

bingung mau memakai tas apa. kertas ini besar sekali! aku hanya membawa beberapa lembar pakaian dan satu tas ransel. andai ada malaikat yang akan membantuku membawa tas berat ini.

detikdetik keberangkatan.
………………………………

ternyata banyak hal yang telah terjadi.

dimulai dari persiapan mbawa kamera. 3 jam sebelumnya, aku;adik-adik;sepupu;om;ibu, berada di halaman rumah. menyalakan kembang apai, mercon gasing; air mancur; mercon pritik-pritik (red: sebutan dari adik), menatap langit, mencari rasi bintang yang cantik untuk di foto. ketika sedang mempersiapkan peralatan, ternyata alam berkata lain. awan mulai berjalan menutupi indahnya langit memamerkan bintang dan bulan. mungkin mereka tahu kalau sebentar lagi akan ada yang ingin memotret dirinya. ah sudahlah. semiga lain waktu kita akan bertemu lagi.

usai bermain di halaman. aku merapihkan kembali barang-baang yang kini cukup berserakan. dan aku harus bersiap diri terhadap barang bawaanku.

“mana kamera?oh ini dia! kok ga ada tutup lensanya ya? ada yg liat?”

akhirnya kita mencari-cari tutup lensa itu. katanya, sepupu kecilku yang pertama kali membuka tutup itu dan meletakkannya di atas bantal. nah tapi setelah itu tak ada lagi yang melihatnya. ah bisa gawat ini kalau hilang!

masih mencari. sudah 15 menit. semua kolong-sofa, lemari, ranjang. dan tak ada hasil. akhirnya, kena juga teguran dari ibu. memang sudah biasa. tapi mau sampai kapan? kalau ibu bilang sih “mau pakai barang, jangan asal digeletakkan. tuh kan masa kayak gini ibu ikut nyari juga? perlu ibu turun tangan? jangan dibiasain bar ber bar, naruh seenaknya…………..dst” cukup panjang. dan karena yang melakukan adaalah anak kecil, dan tanggung jawab kamera itu: milik ayah, adalah aku, maka aku pun kena teguran.

“maaf ibu.”

belum berhenti. dicari kesana kemari. bahkan seisi rumah ikut ribut: seakan-akan menggeledah rumah. “oh dimana dirimu?”

tiba-tiba. ” ah ini dia!” teriak adik pertamaku. “ini ternyata masuk kedalam benang-benang sulam.”

“alhamdulillah.” serempak mengucap syukur. bagaimana bisa? entahlah. mungkin seseorang lupa saat merapihkannya. memasukkan segalanya kedalam tempat benang. karena sebelum bermain kembang api, kita asik membuat karya seni dengan benang sulam.

setidaknya ketegangan suasana rumah berakhir sudah.

sekarang, detikdetik keberangkatan.

#1

Kebumen, 6 Agustus 2014
19.15 (UT+7)

Tinggalkan komentar